Beranda | Berita Utama | White Crime | Lingkungan | EkBis | Cyber Crime | Peradilan | Pidana | Perdata | Politik | Legislatif | Eksekutif | Selebriti | Pemilu | Nusantara | Internasional | ResKrim | Gaya Hidup | Opini Hukum | Profil | Editorial | Index

Opini Hukum    
 
Pilpres
Koreksi Prabowo Soal Pilihan Bu Ani, SBY Tunjukkan Jatidiri
2019-06-07 05:48:47

Prabowo Subanto dan SBY.(Foto: Istimewa)
Oleh: Asyari Usman

APAKAH SALAH Apakah salah Prabowo Subanto (PS) mengenang kebaikan almarhumah Bu Ani terkait pilihan politik almarhumah? Sama sekali tidak. Lumrah saja seseorang mengenang kebaikan orang lain. Bahkan dianjurkan orang yang bertakziah menceritakan kebaikan seseorang yang meninggal dunia.

Ketika ditanya para wartawan tentang kenangan dari almarhumah, Pak PS langsung menjawab kebaikan Bu Ani pada 2014 dan 2019.

"Beliau memilih saya," kata Pak PS. Tidak ada yang aneh dengan jawaban ini. Jawaban itu baru menjadi aneh setelah SBY malah mengoreksinya. Andaikata dibiarkan berlalu, tidak akan ada orang yang akan mempersoalkannya. Bukankah SBY dan Demokrat secara resmi masih berkoalisi dengan Prabowo?

Jadi, tidak ada yang salah. Tapi, SBY 'kan sedang berduka? Juga bukan masalah besar. Tidak ada yang sensitif. Pak PS hanya menjelaskan kebaikan almarhumah Bu Ani. Bagi Pak Prabowo, itu kebaikan yang sangat besar.

Entah dengan alasan apa, SBY tersinggung ketika Pak PS menceritakan pilihan almarhumah di pilpres 2014 dan 2019. Reaksi SBY inilah yang berlebihan. Di sini, SBY menunjukkan jati dirinya terkait pencapresan Prabowo. Reaksi SBY itu yang malah sangat politis. Dalam arti, dia tidak mau publik tahu tentang kemungkinan adanya "hypocrisy" (kemunafikan) di balik semua ini.

Tampak sekali dengan nyata bahwa SBY, pada dasarnya, sangat tidak suka kepada Prabowo. Dia hanya pura-pura mendukung. Kalau SBY benar sepenuh hati mendukung, mengapa dia berkeberatan ketika Pak PS menceritakan kebaikan Bu Ani? Mengapa dia harus harus meluruskan pernyataan Prabowo itu?

Ini jelas menunjukkan bahwa sejak awal SBY memang terpaksa mendukung PS. Terpaksa karena pada pilpres 2024 anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tidak boleh mencalonkan diri apabila di pilpres 2019 ini Demokrat tidak masuk ke salah satu kubu capres.

Waktu itu, ke kubu Jokowi tidak bisa bergabung karena ditolak oleh Megawati. Akhirnya mengemis ke kubu Prabowo di saat-saat akhir. Prabowo terlalu baik menerima AHY. Padahal, tidak ada efek sama sekali terhadap kemenangan Prabowo yang dirampok itu.

Eh, sekarang setelah hajat mereka terpenuhi, yaitu tidak lagi ada ancaman AHY terdisualifikasikan di pilpres 2024, SBY langsung menusuk PS. Dia tak mau lagi dikait-kaitkan dengan Prabowo. Betul-betul licik. Tak bisa dipercaya.

Kata orang, SBY itu ahli strategi. Kalau saya berpendapat, SBY malah ahli berbohong. Ahli bermunafik.

Dari insiden koreksi ucapan Prabowo itu, saya malah yakin SBY tidak mencoblos tanda gambar paslonpres 02 di TPS, 17 April. Bukti tambahan? Dia sangat sibuk menjadi mediator antara Jokowi dan Prabowo. SBY berusaha sekuat tenaga supaya Prabowo mengalah. Dia puja-puji Prabowo sebagai "champion of democracy", dlsb, kalau menerima keputusan KPU.

Kemudian SBY mendesak supaya PS bertemu dengan Jokowi. Semua anjuran ini bermuara pada: sudahlah, terima saja kecurangan pilpres itu. Itulah yang ingin dilakukan oleh SBY. Memang betul-betul...

Tapi, tidak heran juga sesungguhnya. Di pilpres 2014, SBY malah tidak membela besan dia sendiri, Hatta Radjasa, yang mendampingi Prabowo. Besan dia saja dibiarkan, apalagi Prabowo.

Saya paham hari-hari ini adalah hari duka SBY dan keluarganya. Tapi, koreksi langsung yang sangat tidak perlu atas stetmen Prabowo, sungguh tidak etis. Apa urgensinya meluruskan pernyataan itu? Toh, pilpres sudah lewat.

Pak PS bukan mencari dukungan ketika mau melayat ke Cikeas. Dia hanya menuturkan kenangan baik dari Bu Ani. Tidak lebih dari itu.

Penulis adalah wartawan senior.(dbs/fb/au/bh/sya)


 
Berita Terkait Pilpres
 
 
Untitled Document

 Beranda | Berita Utama | White Crime | Lingkungan | EkBis | Cyber Crime | Peradilan | Pidana | Perdata | Pledoi | Politik | Legislatif | Eksekutif | Selebriti | Pemilu | Nusantara | Internasional | ResKrim | Gaya Hidup | Opini Hukum | Profil | Editorial | Index


  Berita Terkini >>
 
Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?
5 Oknum Anggota Polri Ditangkap di Depok, Diduga Konsumsi Sabu
Mardani: Hak Angket Pemilu 2024 Bakal Bikin Rezim Tak Bisa Tidur
Hasto Ungkap Pertimbangan PDIP untuk Ajukan Hak Angket
Beredar 'Bocoran' Putusan Pilpres di Medsos, MK: Bukan dari Kami
Pengemudi Mobil Plat TNI Palsu Cekcok dengan Pengendara Lain Jadi Tersangka Pasal 263 KUHP
Untitled Document

  Berita Utama >
   
Mengapa Dulu Saya Bela Jokowi Lalu Mengkritisi?
Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan
Kapan Idul Fitri 2024? Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 10 April, Ini Versi NU dan Pemerintah
Refly Harun: 6 Ahli yang Disodorkan Pihak Terkait di MK Rontok Semua
PKB soal AHY Sebut Hancur di Koalisi Anies: Salah Analisa, Kaget Masuk Kabinet
Sampaikan Suara yang Tak Sanggup Disuarakan, Luluk Hamidah Dukung Hak Angket Pemilu
Untitled Document

Beranda | Tentang Kami | Hubungi | Redaksi | Partners | Info Iklan | Disclaimer

Copyright2011 @ BeritaHUKUM.com
[ View Desktop Version ]